Butir hujan menari atasku
Cahaya sang raja pun khianatiku
Dinginnya kota ini membiusku
Bekukan semua inginku
Dedaunan bergesekan tunjukkan tawanya
Belai angin tak kurasakan lembutnya
Kasar, menyentak seolah murka
Terbangkan semua hasrat tersisa
Lisanku berontak, tumpahkan semuanya
Langkahku terpaku seolah terpatri
Pandangku gelap terbutakan kecewa
Pikir dan hati berteriak memaki
“LARI!”, jerit mereka
Api kejenuhan membakarku habis
Gelapnya hati menyelubungi
Lautan itu mungkin mampu membasuhku,
Setitik cahaya di depan mampu menuntunku,
“Mampukah?” raguku membuncah
Instingku berbisik, “Lari dan lihatlah!”
-di tengah hujan musim kemarau-
No comments:
Post a Comment